Selasa, 18 April 2017

BERBENAH DULU BARU JUARA

Seorang kawan pernah berkata kepada saya, jangan berharap terlalu banyak kepada sesuatu yang anda sudah tahu tak akan mampu berbuat banyak. Karena akan menyakitkan jika harapan kita tidak tercapai. Dan, lagi pula, bodoh sekali kita bila mengharapkan kambing untuk terbang, sementara kita sudah tahu jika kambing tidak bisa terbang. Berharaplah dengan realistis, agar tak terlalu sakit bila tak tercapai. Berharaplah agar kambing bisa berlari sangat kencang dan bisa mengalahkan burung yang terbang.
Sikap yang sama juga harus kita terapkan dalam memberi pengharapan kepada klub kebanggaan kita. Sebelum kita memberi pengharapan kepada klub, kita harus mengetahui lebih dahulu kualitas klub kita. Supaya kita dapat memberi pengaharapan yang sesuai untuk klub kita, kita harus mengetahui kualitas klub kita lebih dalam. Nah, dalam tulisan ini mari kita lihat kualitas klub kita lebih dalam.
Untuk menjadi sebuah klub hebat, Klub kebanggaan kita, Persija Jakarta harus lah menjadi klub profesional terlebih dahulu. Untuk menjadi klub yang professional, ada 5 aspek yang harus dipenuhi oleh setiap klub. 5 aspek itu adalah: legalitas, finansial, infrastruktur, sporting, dan personel &  adiministrasi.
Mari kita bahas satu per satu apa yang dimaksud dengan 5 hal di atas, dan apakah Persija sudah memenuhi semua nya.
Pertama, legalitas. Dalam aspek yang pertama ini, klub kebanggaan kita tak ada masalah. Legalitas Persija sudah terdaftar di kemenkumham dan juga sudah berbadan hukum, yaitu PT. Persija Jaya Jakarta. Masalah sempat menerpa ketika terjadi dualisme kepengurusan dan dualisme tim pada tahun 2012, tetapi berkat kekompakan dan kesetiaan the jakmania, masalah dualisme cepat teratasi, dan tidak meninggalkan masalah sampai sekarang.
Kedua, finansial. Dalam hal ini, Persija dari tahun ke tahun tak melakukan perubahan sedikit pun. Finansial dalam aspek ini adalah klub harus memiliki rancangan anggaran belanja, rancangan anggaran pendapatan, audit yang dilakukan oleh pihak eksternal. Jadi, dalam aspek finansial ini, klub bukan hanya dituntut untuk memiliki uang yang berlimpah. Tetapi klub juga dituntut untuk melaporkan sumber keuangan yang jelas, perencanaan pemakaian uang yang didapat, serta pemakaian nya pun harus diawasi pihak eksternal. Dalam aspek kedua ini, Persija gagal untuk memenuhi nya.
Ketiga, infrastruktur. Seperti yang kita tahu, Persija sangat lekat dengn julukan tim musafir. Tim yang tak memilik stadion tetap untuk menjalankan partai kandang nya. Masalah ini pun sudah terjadi selama bertahun-tahun. Dan sampai sekarang pun penyelesaian nya belum ada dari pihak manajemen. Dalam hal infrastruktur ini, klub tidak hanya dituntut untuk memilik stadion tetap, tetapi klub juga dituntut untuk memilik tempat latihan tetap. Persija pun tidak memiliki tempat latihan tetap. Untuk aspek ketiga ini, Persija juga gagal memenuhi nya.
Keempat, sporting. Hal yang dimaksud dalam aspek sporting ini adalah pembinaan usia muda yang terstruktur dengan baik. Atau dengan kata lain memiliki tim junior kelompok usia, dan juga memiliki akademi yang dilatih oleh pelatih berlisensi pelatih usia muda. Sejauh ini, Persija hanya memiliki tim junior kelompok usia di bawah 21 tahun dan di bawah 18 tahun. Persija juga tidak memiliki akademi yang dilatih pelatih berlisensi pelatih usia muda. Dan lagi-lagi, dalam aspek ini Persija gagal memenuhi nya.
Kelima, personel dan administrasi. Dalam aspek ini, Persija sudah bisa memenuhi hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi professional. Karena saat ini Persija sudah mempekerjakan karyawan yang dikontrak secara professional, punya kantor, dan juga dilatih oleh pelatih berlisensi minimal AFC A.
Dari 5 aspek yang dibutuhkan untuk menjadi klub professional, Persija hanya memenuhi 2 aspek. Sebuah pekerjaan rumah yang berat untuk manajemen jika ingin menjadi klub hebat dan professional.
Dan sekarang, anda, para pembaca. Sudah mengetahui kualitas dari klub kebanggaan the jakmania dari sisi professionalisme. Jadi, harus sebesar apa kita berharap pada tim buruk rupa yang amat kita cintai ini?
Saran saya, berharaplah supaya tim kita ini bisa survive terlebih dahulu di liga musim depan, ya setidak nya masuk 5 besar liga dari 18 peserta menurut saya bukanlah pencapaian buruk untuk tim musafir yang jauh dari rumah dan orang-orang yang mencintai nya, sambil berharap jajaran manajemen mengerjakan pekerjaan rumah nya.
Dan kita sebagai pendukung juga harus ikut membantu klub kebanggaan kita untuk meraih predikat profesional dengan tidak bersikap bar-bar saat mendukung kebanggaan langsung di stadion, membeli jersey asli klub, memberikan sebagian profit yang kita dapatkan saat berjualan merchandise dengan memakai nama Persija, dan juga yang tak kalah penting, bersikap baik dimanapun kita, di dunia maya ataupun dunia nyata. Karena kita sebagai supporter merupakan bagian dari klub kebanggaan kita. Jika supporter nya buruk, maka citra klub nya pun akan buruk di mata dunia.

SEBUAH PLEDOI DARI KAMI

Kenapa banyak yang tak suka dengan sepakbola lokal terutama suporternya? Karena mereka lebih suka mengkritik daripada menelaah. Mendengar dari sudut pandang pemberitaan kerusuhan di media dan menelannya mentah-mentah. Menyanggah pun tak ada arti. Karna tak akan bisa kita bersuara kepada seseorang yang menutup rapat kedua telinganya. Ketahuilah, bukan ini yang kami inginkan. Bedakanlah arti mencintai, kebrutalan, dan bertahan. Kami yang mana? Kami mencintai dan bertahan. Tapi yang disorot malah kebrutalan. Salah? Jelas. Sejatinya tak bisa dipandang sebelah mata yang namanya suporter. Pemain ke-12 ini yang jadi penghuni tribun stadion. Memang kadang fanatisme dianggap ‘gila’ oleh kaum awam yang tak mengerti apa arti kata “Totalitas dan Loyalitas” Totalitas dan Loyalitas ini pun menjadi daya tarik bagi segelintir pecundang disekitar ranah sepakbola. Seringkali berita tak sedap tentang kami yang sering kami dengar dengan telinga kami sendiri. Kenyataan yang terjadi banyak yang tak terungkap disebuah berita. Memperjualbelikan berita atas nama besar klub dan suporternya. Kerusuhan, kerusuhan, kerusuhan. Mungkin itu yang melekat dengan sepakbola. Ya, karna hanya itu saja yang ditayangkan ketika suporter ada diberita. Kenapa begitu pun kami tak paham. Hasilnya suporter era sekarang menjadi momok sebagian masyarakat, karena ulah segelintir ‘preman’ berkedok fans sepakbola dan media yang membangun citra miring suporter tanpa kelanjutan dan pembenaran. Sebagai suporter jiwa kami seakan berteriak. Dimana keadilan? Bagai sampah yang kehadirannya selalu salah, kami terus menjadi bulan-bulanan. Bagi kami, jika tidak bisa menayangkan hal positif dari suporter, setidaknya jangan menayangkan kerusuhan yang terjadi tanpa membenarkan nama kami kembali. Stop ‘membunuh’ nama kami. Prestasi pun seakan tiada arti. Banyak dari sisi lain yang tak terungkap dimasyarakat. Memang kami cinta tanpa perlu citra, tapi kecerdasan pemberitaan selalu kami harapkan. Karena makanan saja dicerna dahulu baru diedarkan ke seluruh tubuh. Berita pun seharusnya dicerna dahulu dengan otak sebelum emosi dan main tuduh. Rakyat Indonesia butuh media cerdas, bukan pembodohan berkedok pemberitaan.Rivalitas dan permusuhan juga semakin panas dengan adanya pemberitaan buruk yang tidak berkesudahan. Saat sebuah golongan menjadi pusat perhatian, tumbuh dengan cinta dan karya. Kita tak akan bisa jadi sempurna. Tetaplah pandang kami sebagai manusia biasa, yang bisa salah dan kadang lelah. Gunakanlah logika, perasaan dan kenyataan saat menyudutkan, menghujat apalagi memberitakan. Karna yang dituju juga punya perasaan. Media menyampaikan apa yang ingin didengar. Kepedulian hanyalah milik minoritas. Suara lantang meneriakan ketidakadilan hanya akan tersapu oleh tiupan angin. Setidaknya kita mengingatkan diri sendiri bahwa kita masih berdiri diatas garis kebenaran. Dan hanya bisa berharap “Media Cerdas” benar-benar menggerogoti sebagian besar rakyat Indonesia. Mengertilah, karna seharusnya sepakbola, suporter, warga, dan medianya bersatu. Kembali pada hakikat awal bahwa sepakbola adalah olahraga pemersatu yang didirikan oleh para pendahulu. Koreksi dan rangkul kami ketika ada salah, dan ini mungkin koreksi juga bagi media. Bukannya kami membenci, kami hanya sedikit mengoreksi karna bagi kami ada yang perlu diperbaiki. Melawan bukan berarti membenci apa yang ada didepan, tapi karna melindungi dan mencintai apa yang ada di belakang.

WAJIB BANGKIT

bangkit/bang·kit/ v 1 bangun (dari tidur, duduk) lalu berdiri. Bangkit berarti
melakukan perpindahan tempat, dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi. Bangkit berarti merubah keadaan, dari yang lebih buruk, menjadi lebih baik. Bangkit juga bisa berarti bangun dari sebuah tidur panjang. Bangkit, sebuah kata kerja yang harus dilakukan oleh sebuah klub sepakbola yang tepat pada hari ini, 88 tahun lalu didirikan oleh putra-putra terbaik bangsa.
Persija Jakarta, lahir dengan nama Voetbalbond Indonesia Jacatra,didirikan 1 bulan setelah sumpah pemuda, sebagai salah 1 alat perjuangan untuk memerdekakan bangsa ini dari penjajahan Belanda. Klub ini juga merupakan salah satu pendiri dari federasi sepakbola Indonesia. Berwarna merah dan putih, klub ini tak mewakili salah satu etnis atau suku di kota ini, melainkan mewakili keberagaman di kota tempat nya dilahirkan.
Dahulu, klub ini adalah raja di persepakbolaan negara ini. 10 kali juara kompetisi kasta tertinggi di negara ini, sampai sekarang pun tak ada yang bisa menyamai rekor kebanggaan kita ini. Dahulu, kebanggaan kita ini merupakan kebanggaan seluruh penghuni kota, tak peduli latar belakang etnis dan budaya nya, asal mereka tinggal di Jakarta pasti lah mereka membanggakan klub ini.
Dahulu lagi, klub ini adalah representasi yang sebaik-baik nya dari sebuah kota yang merupakan ibu kota sebuah negara. Elegan, royal, berkuasa, diisi oleh pemain paling hebat di posisi nya dari seluruh penjuru negara ini.
Dahulu juga, klub ini bahkan memiliki rumah sendiri, yang merupakan sebuah kemewahan yang hanya dimiliki beberapa klub di negara ini. Dan ketika rumah dari klub ini tak sanggup lagi menampung pecinta dari klub ini, ada 2 rumah lagi yang masih sanggup menampung nya.
Tapi, itu semua telah berlalu, masa-masa indah itu tak ada lagi sekarang. Klub ini telah berubah, dari sebuah alat perjuangan dari sebuah bangsa yang ingin merdeka hingga kini menjadi alat meraup keuntungan yang sebesar-besar nya untuk pihak-pihak tertentu.
Klub ini tak lagi menjadi raja di persepakbolaan negeri ini. Memang, rekor 10 kali juara kompetisi kasta tertinggi di negara ini sampai sekarang belum ada yang menyamai. Tapi, gelar juara terakhir klub ini diraih 15 tahun yang lalu, saat pemain termuda kita di skuat saat ini masih berumur 5 tahun.
Klub ini kini tak lagi menjadi kebanggaan seluruh penghuni kota, beberapa menyebut klub ini adalah sebuah aib untuk kota ini. Dan ironis nya lagi, sang gubernur terkini nya pun memusuhi klub ini dan para pecinta nya.
Klub ini kini tak lagi menjadi representasi ideal dari kota ini. Klub ini tak lagi elegan, baik dari sisi permainan ataupun citra nya di mata dunia. Tak lagi royal dalam mempersiapkan kebutuhan tim, tak lagi berkuasa di dunia persepakbolaan negara ini, tak lagi diisi oleh pemain paling hebat di posisi nya masing-masing.
Dan yang paling menyedihkan lagi, kini, klub yang kita cintai dan banggakan ini, tak lagi memiliki rumah. Rumah yang dahulu biasa dihuni sudah dirubuhkan oleh penguasa kota terdahulu yang kata nya mencintai klub ini.
Klub ini memang memiliki sejarah yang begitu indah untuk dikenang. Tetapi klub ini tak didirikan untuk mengenang sejarah. Klub ini didirikan untuk menciptakan sejarah dalam setiap operan bola yang dibuat klub ini. Klub ini didirikan tak hanya untuk menjadi pelengkap dari sebuah kompetisi. Klub ini didirikan untuk memenangkan smeua kompetisi yang diikuti.
Klub ini wajib bangun dari keterpurukan yang dialami belasan tahun belakangan ini. Sebuah langkah awal yang sangat baik dari para pemangku jabatan di manajemen dengan mengembalikan warna klub ini ke warna yang sebenar nya. Karena dengan warna yang sebenar nya klub ini memenangkan 9 gelar berbanding 1 gelar dengan warna penjajah pemberian penguasa kota terdahulu yang kata nya mencintai Persija.
Saat nya klub ini berpindah tempat. Dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi. Saat nya klub ini merubah keadaan nya, dari yang saat ini buruk, menjadi yang terbaik. Saat nya klub ini bangun, bangun dari keterpurukan nya. Saatnya klub ini Bangkit!

Menemanimu Dengan Ketulusan

Pertandingan demi pertandingan telah kita lewati bersama, menjalaninya secara perlahan tapi pasti. Walaupun hasil akhir yang di dapat kurang mengenakan hati. Di sisi lain, kami semua menerimanya dengan hati yang ikhlas. Kami yakin, dalam setiap kesempatan bertanding. Kalian para pemain telah mendapat pembelajaran dari apa yang telah kalian mainkan. Kalian juga telah memberikan seluruh apa yang kalian miliki untuk memperoleh hasil yang baik bagi tim ini, tim yang sudah menjadi kebanggaan kita semua.
Begitu juga dengan kami, para suporter yang selalu mendampingi kalian dimana kalian singgah untuk bertanding. Entah kandang atau tandang, tanpa memikirkan jauh atau dekatnya jarak tempat pertandingan. Kita semua memiliki keyakinan kuat, kalian para pemain dan kami sebagai suporter juga memiliki tujuan yang sama. Membanggakan Persija sebagai identitas kita semua, identitas sebagai tim yang dihuni oleh jiwanya para pemenang. Jika memang kalian harus bertanding tandang, kami akan setia menemani tanpa membiarkan cinta kami ini sendiri.
Mencintai Persija adalah sebuah keindahan, keindahan duniawi yang bisa kita rasakan secara nyata. Teranggapnya sebagian banyak mata di luar sana yang memandang buruk kita, karena gilanya fanatisme yang kami punya bukan hal yang mengendurkan semangat ini. Fanatisme seperti contoh mendampingi Persija dimana akan pergi bertanding adalah sebuah kisah gila yang terasa romantis, mengkisahkan cinta sejati yang tak akan bisa dilepaskan karena kuatnya hubungan ini.
Terkadang saat diri ini ingin selalu bersama, harus ada yang namanya pengorbanan. Pengorbanan yang dikeluarkan sebagai wujud nyata yang katanya cinta. Ada materi, pikiran hingga tenaga yang kami kerahkan tanpa rasa mengeluh untuk Persija. Mulai dari menjual barang kesayangan hingga puasa jajan untuk bisa membeli selembar tiket melihat kalian berlaga, dan semua itu tentunya akan terasa lengkap dan terbayar lunas jika kalian bisa meraih kemenangan, dengan rasa lelah itu hilang setelah menempuh jauh jarak perjalanan.
Apa yang kami kisahkan, bukan ingin merasa terpandang dan di hormati atau bahkan dibesar-besarkan oleh suporter lainnya. Tapi agar kalian pemain bisa merasakan, begitu besarnya perjuangan cinta ini hanya untuk bisa melihat kalian bertanding. Begitu juga dengan mereka yang hanya bisa terduduk di depan layar televisi ataupun nonton bareng, ada begitu banyak doa dan harapan besar yang mereka panjatkan di saat kalian berada di tengah lapangan. Jika yang mendukung di televisi tak terdengar suara nyanyiannya atau tak terlihat gerakan semangatnya saat mendukung kalian. Tapi doa itu terus mencoba masuk ke hatimu, terisi harapan agar kalian bisa bermain dengan hati.
Kami bersyukur kita tetap bisa bersama di tahun ini, walau di beberapa pertandingan kita sering saling tak memandang. Lamanya 3.060 menit itu telah usai, peluit panjang telah menunjukan bahwa kebersamaan ini telah selesai. Rasanya baru kemarin kami melihat kalian bertanding. Apa ini adalah waktunya kita berpisah? Tidak, kami menganggap ini adalah sebuah langkah awal untuk terus semakin mendukung Persija dan evaluasi untuk musim berikutnya agar bisa berbenah diri dan evaluasi itu juga berlaku untuk kalian di dalam semua elemen tim, agar kalian bisa berprestasi sebagai jawaban menghargai ketulusan ini.